thetiantitan
Apa yang ingin anda lihat, lihatlah. Apa yang ingin anda dengar, dengarlah. Apa yang ingin anda lakukan, lakukanlah. Apa yang ingin anda rasakan, mulailah melengkapi sepiring nasi anda dengan lauknya.
Senin, 28 Maret 2011
Rumah-rumah Sketchup
Kamis, 24 Maret 2011
Pemerataan Pembangunan
Dan lagi membicarakan Indonesia, negara yang memiliki keanekaragaman budaya, juga memiliki tingkat perekonomian yang berbeda. Pembangunan berjalan pesat dari waktu ke waktu walaupun sempat mengalami krisis moneter pada tahun 1998. Indonesia yang tingkat perekonomiannya yang berkembang hanya bisa dirasakan olehmasyarakat-masyarakat menengah keatas. Bagaimana dengan yang menengah ke bawah? mereka yang merupakan masyarakat tingkat bawahhidup dalam kekurangan. Mereka merasakan kurangnya tersedianya kebutuhan-kebutuhan primer seperti tempat tinggal yang layak hingga pendidikan, dan lain sebagainya. Sebenarnya, apakah yang terjadi dengan negara kita.
Jika kita melihat lebih keluarnya Indonesia, yaitu benua Asia, terdapat beberapa negara miskin yang tingkat perekonomiannya berada di bawah negara kita. namun, tidakkah menjadi suatu yang mengurangi suatu perubahan bila kita menatap ke bawah? Nampaknya kita masih harus bisa belajar menjinakan macan-macan asia seperti Cina, Jepang dan Korea Selatan. Mereka yang berdiri di timur memiliki tingkat perekonomian yang lebih baik.
Mengapa harus ada negara yang kaya raya, namun harus ada negara yang miskin 'mengenaskan'? Mengapa mereka berlarut-larut dalam kemiskinan? Kita melihat negara-negara di Afrika dengan tingkat kehidupan mereka yang memprihatinkan. Masih banyak dari mereka yang harus berbaring di tanah hingga mereka yang mau tidak mau berpose dengan tubuh yang hanya terbungkus tulang. jika kita bertanya pada dunia, berapa ton-kah nasi, gandum dan jagung yang dihasilkan? Berapakah total uang yang beredar di dunia jika kita konversikan ke dollar? Bagaimana sebagian dari mereka menikmatinya. Terakhir, apakah 'dollar' yang beredar dinikmati oleh semua manusia di muka bumi ini?
kita tahu setiap manusia memiliki hak untuk hidup. Setiap manusia memiliki hak untuk mendapatkan kebutuhan mereka. Namun, apakah saat ini mereka memiliki hak tersebut? Memang mereka memilikinya, tapi apakah mereka mendapatkan diri mereka tercukupi oleh banyaknya kebutuhan hidup? Belum, kita masih harus berbagi untuk itu. Pernahkah anda pergi ke belahan dunia lain, dimana penduduknya tinggal 'delivery' ketika mereka malas memasak makan siang. Mungkin sebagian orang berkata bahwa 8 ribu rupiah merupakan harga yang cukup untuk mendapatkan makanan siang. Atau orang-orang di Jepang yang biaya makan normalnya mencapai 400 yen atau sekitar Rp 43.200 rupiah dan hanya untuk makan siang. Itu hanya sebagian kecil dari kehidupan.
Sekarang mari kita berbicara tentang pendapatan per kapita. Amerika Serikat memiliki Pendapatan Domestik Bruto terbesar tahun 2010 versi International Monetary Fund (IMF) yaitu berada pada angka 14.624.184 (juta dollar). Di belahan dunia lain, terdapat sebuah negara, yaitu Sao Tome and Principe hanya memiliki pendapatan Domestik Bruto versi IMF tahun 2009. Dan sekali lagi dapat dipastikan bahwa: kita masih harus sling berbagi.
Berbagai Pakar melakukan kajian-kajian dalam hal Pemerataan Ekonomi Pembangunan. Dengan diberdirikannya European Unions seharusnya menjadi suatu acuan dalam meningkatkan pembangunan perekonomian. Asia-Pacific-Economic-Coorperation, Liga Arab dan organisasi-organisasi yang termasuk dalam Kekuatan Ekonomi yang sedang mengalami perkembangan dapat saling membangun perekonomian anggota-anggotanya. Dengan adanya rasa timbal-balik diantara sesama umat manusia diharapkan dapat mengurangi angka kemiskinan yang masih dirasakan oleh beberapa masyarakat di barbagai belahan dunia.
Selasa, 22 Maret 2011
Bisnis Rumah Makan Endemik
1. Judul dari bisnis yang akan saya buat adalah ‘Rumah Makan Endemik’. Rumah makan endemik merupakan suatu usaha bisnis di bidang kuliner yang menjual berbagai macam menu masakan yang jarang ditemui di kota-kota semisal kota Malang namun diminati oleh masyarakat-masyarakat terutama masyarakat di luar Malang, baik yang sedang berkunjung ke kota Malang ataupun tinggal sementara di kota Malang.
Contohnya adalah mahasiswa Jakarta yang gemar menyantap soto betawi yang sedang menjalankan perkuliahan di kota Malang. Tentunya untuk memperoleh masakan tersebut mau tidak mau ia harus menunggu waktu agar ia memiliki waktu untuk kembali ke Jakarta bila ia memiliki waktu liburan. Ataupun seorang kantoran yang berasal dari solo yang rindu untuk menyantap nasi liwet ataupun tengkleng, dan lain sebagainya.
2. Bisnis ini berawal dari ketika saya sebagai mahasiswa perrantauan rindu akan masakan yang biasa saya makan ketika saya masih berada di Tangerang. Saya telah hunting ke beberapa tempat yang sekiranya saya dapat menemukan masakan yang saya maksud. Saya menemukannya namun tidak serta merta. Saya harus bertanya kepada seseorang yang kiranya mengetahui keberadaan rumah makan tersebut.
Hal lainnya adalah ketika saya ingin menikmati nasi liwet. Tentunya saya hanya dengan mudah mendapatkannya apabila saya sedang berada di Solo. Namun kenyataannya saya harus menunggu waktu liburan agar saya dapat pergi ke Solo dan menikmati nasi liwet. Namun rasanya aneh juga bila saya harus pergi ke sana jika untuk menikmati nasi liwet saya dengan budget yang seumpama hanya cukup untuk makan di sana.
3. Saya dapat memsatikan bahwa bisnis yang saya geluti adalah sempurna. Bisnis ini tidak memiliki tandingan karena sampai saat ini saya belum menemukan rumah makan atau restoran yang menjual masakan-masakan khas dari daerah-daerah di luar malang dalam satu lingkup. Ada suatu rumah makan yang menyediakan masakan bakmi jogja, tetapi rumah makan tersebut hanya menjual bakmi Jogja/bakmi nyemok saja ataupun masakan-masakan yang biasa dijual oleh rumah makan tersebut yang mengacu pada masakan serupa dengan bakmi jogja. Atau rumah makan yang hanya menyediakan lontong balap.
Rumah Makan Endemik menyediakan masakan-masakan mulai dari mie Aceh, sate padang, asinan bogor, soto betawi hingga cakalang. Selain makanannya jarang ditemui di kota Malang, cita rasa dari masakan-masakan uang terdapat di berbagai daerah di nusantara menggugah selera terutama bagi orang-orang asli Malang yang ingin mencicipi masakan-masakan tersebut. Tidak hanya makanan saja, Rumah Makan Endemik juga menjual berbagai minuman khas seperti pisang ijo, jus timun, es teler, es doger hiingga es krim durian.
Bila dilihat dari banyaknya menu yang disajikan, maka rumah makan yang saya dirikan merupakan rumah makan skala menengah keatas. Namun saya percaya bahwa rumah makan ini akan diminati oleh mereka yang rindu atau ingin mencicipi masakan tertentu. Saya juga optimis bahwa rumah makan ini akan memiliki cabang-cabang di luar Malang bahkan di luar pulau. Bila suatu saat saya membuka Rumah Makan Endemik di kota Padang, saya akan menjual masakan-masakan selain di kota tersebut. Saya akan mempromosikan rujak cingur, tahu telor atau bakso Malang yang sekiranya mereka jarang menikmati masakan tersebut di kota Padang.
Saya menyadari bahwa bisnis tersebut tidaklah mudah. Diperlukan pengetahuan serta wawasan terhadap semua jenis kuliner yang terdapat di nusantara. Diperlukan usaha kecil-kecilan sebagai patokan awal dalam menjalankan bisnis ini. Perlu beberapa uji coba seumpama memasak masakan Makassar yang memang hanya terasa enak jika dibikin oleh orang-orang Makassar. Namun hal itu tidak terlalu menyulitkan saya apabila saya memiliki koneksi dengan orang-orang di berbagai pelosok tanah air.